Breaking News

Sang Kandidat dan Politik Marketing

Afifuddin Acal
Suhu Pemilukada (Pemilihan Umum Kepala Daerah ) tahun 2011 ini sudah sangat terasa tensinya. Upaya-upaya untuk mencari dukungan sudah semakin gencar dilakukan oleh setiap tim sukses masing-masing. Hal ini mengingat jadwal pendaftaran kandidat ke KIP (Komisi Independen Pemilihan) sudah semakin dekat. Segala persiapan adminitrasi sedang di persiapkan oleh banyak kandidat baik Kandidat Gubernur maupun Bupati dan Wali Kota. Terutama kandidat yang memakai jalur Independen sedang di sibukkan dengan melakukan verifikasi KTP sebagai persyaratan sah menjadi Calon baik Gubernur maupun Bupati dan Wali Kota yang akan di selenggarakan pada Tahun ini.

Setiap kandidat pasti mengakui akan banyak di dukung oleh rakyat. Seperti banyak ungakapan kandidat saat ini “Walau saya tidak punya uang, saya akan tetap maju. Saya masih PeDe kok. Toh pendukung setia saya banyak hampir di seluruh kecamatan.” Ungkap banyak kandidat yang sangat sering kita dengar menjelang Pilkada.

Tidak salah memang ketika banyak kandidat penuh percaya diri bahwa dirinya akan di pilih oleh rakyat. Karena kepercayaan diri itu sebuah keharus yang harus di miliki oleh kandidat yang akan bertarung dalam pemilukada. Dengan kepercayaan diri yang besar, akan muncul motivasi untuk terus mengorganisir rakyat untuk mendukungnya. 

Jangan melupakan bahwa secara matematis yang tentu juga secara sosiologis dan psikologis yang namanya pendukung setia itu dalam dunia politik tidak pasti. Tidak pernah lebih dari 30% orang yang menyatakan sebagai pendukung setia dari semua yang mengaku pendukung anda. Artinya bahwa bila ada pendukungnya sebanyak 10.000 orang, maka pendukung pasti hanya ada 3000 orang. Pendukung 70% lainnya hanya mengaku, sebenarnya selebihnya itu adalah pendukung yang pragmatis. Jadi bila ada calon bupati/walikota mempunyai dukungan sebanyak 10.000 orang sebagai pendukung setia dan sudah percaya sepenuhnya akan memilih dia, maka sungguh ini sebuah asumsi yang gegabah. Untuk menciptakan pendukung yang setia bukanlah pekerjaan yang mudah dan gampang. Butuh waktu yang panjang untuk membangun kebersamaan dan saling percaya supaya menjadi pendukung yang setia. Yang selalu harus di ingat kesetiaan dalam politik itu setipis embun pagi. Tetapi kesetian yang abadi adalah ketika kita mampu menanam ideologi kesetiap pendukung kita. Serta akan membutikan kesetiaannya saat berada di dalam bilik suara. Banyak fenomena sering kita alami adalah pendukung kita akan berubah pilihan dalam sekejap. Perubahan ini biasa melalui “serangan fajar, politik uang” yang di lakukan oleh kandidat lainnya. Bahkan yang lebih parah lagi adalah adanya tindakan intimidasi serta permainan di tingkatan panitia pemilihan. Jual beli suara di tingkatan TPS, PPK dan KIP itu sudah menjadi rahasia umum terjadi selama ini. Walaupun sangat sulit kita membuktikan secara hukum. Apakah penegak hukum juga sama? Wallahu’alam

Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah uang tidak penting dalam mencalonkan diri? Tentu jawabannya sangat penting. Jadi buat apa uang tersebut? apakah untuk melakuakan money politic ? jawabannya, mungkin “iya” mungkin juga “tidak”. Tetapi uang itu penting bukan alas an untuk melakukan money politic, tetapi untuk cost politic. 

Mustahil kandidat akan bisa menang dalam konteks masyarakat dan budaya politik sekarang kalau tanpa ada dana yang cukup. Terus, apakah saya sedang membenarkan kuatnya pengaruh politik uang di setiap pasta demokrasi rakyat di Indonesia saat ini? Ya. Kenyataannya demikian. Sangat sulit seorang calon Gubernur, Bupati dan walikota untuk menang tanpa uang di tengah-tengah leberalisasi politik saat ini. Toh mereka perlu dana untuk pertemuan-pertemuan, mengerahkan masa, membiayai kampanye, atribut kampanye dan pencitraan. Kesemuanya itu membutuhkan dana untuk melakukan proses-proses pemenangan tersebut. mungkin tidak perlu memberi “amplop” kepada pemilih, namun tetap saja harus ada uang. Nah, inilah yang namakan dengan cost politic, dan memang di dalamnya kadangkala akan ada terkandung unsur money politic. 

Selanjutnya hal yang harus di lakukan adalah menyusun strategi yang tepat dan cepat serta mudah di pahami oleh tim sukses. Sangat keliru ketika ada yang mengatakan bahwa ada tidaknya strategi tim sukses juga akan baik-baik saja terjun ke medan tempur pilkada. Ini jelas-jelas sebuah statemen yang tidak bisa di pertanggungjawabkan kebenarannya. Tidak ada satu tindakan pun di muka bumi ini yang berhasil tanpa strategi. Mau di bilang biarkan mengalir seperti air, sungguh ini sebuah pemikiran yang sangat mustahil bisa di lakukan. Dalam Pilkada mutlak memerlukan strategi yang tepat, baik itu strategi mobilisasi, pencitraan, kampanye maupun advokasi. Sekanjutnya strategi tersebut mudah di pahami oleh setiap tim sukses baik yang mempunyai pendidikan yang tinggi maupun tim sukses yang tidak punya latar belakang pendidikan yang tinggi. 

Ada lima tahap strategi yang harus dilakukan seseorang dalam kaca mata marketing politik untuk bisa mengungguli lawan, yakni:
1.     Tahap Brand Awareness.
Pada tahap ini si calon memperkenalkan diri kepada calon pemilih. Baru sebatas memperkenalkan diri. Hasil pada tahap ini adalah begini, “Ooooh si anu mencalonkan diri menjadi Bupati /Walikota.” Baru sebatas bahwa calon pemilih tahu ada dia dalam bursa calon Bupati/ Walikota.
2.     Tahap Brand Knowledge.
Pada tahap ini calon pemilih sudah mulai punya pemaham lebih terhadap calon Bupati /Walikota. Hasil dari tahap ini adalah begini, “Waaah…ternyata si anu punya program Pembangunan dan ingin mengembangkan program community development secara berkelanjutan.”
3.     Tahap Brand Preference.
Pada tahap ini calon pemilih sudah mulai membandingkan antara calon yang satu dengan calon yang lain. Hasil dari tahap ini adalah, “Kayak-kayaknya si A emang lebih bagus daripada si B.” Mulai membandingkan keunggulan.
4.     Tahap Brand Liking.
Pada tahap ini calon pemilih mulai memiliki rasa suka terhadap calon Bupati /Walikota. Jika seorang calon Bupati /Walikota sudah memasuki tahap ini dan memperoleh hasilnya, maka dapat dibilang dia sudah aman, Namun belum 100% aman. Pada tahap ini calon pemilih sudah mulai bilang, “Ya, saya akan pilih si A.” Namun ingatlah, rasa suka seseorang masih bisa dibombardir oleh “serangan fajar” dan yang sejenisnya. Karena itu ada satu tahap lagi untuk mengikat calon pemilih.
5.     Tahap Brand Loyalty.
Pada tahap ini calon pemilih sudah setia kepada calon Bupati/ Walikota yang akan dipilihnya. Sudah tidak akan goyah oleh apapun termasuk oleh serangan fajar. “Pokoknya saya pilih si A. Titik.”

Dalam menjalankan 5 tahap strategi tersebut, perlu ada komitmen yang kuat dari kandidat. Karena 5 tahap tadi akan diisi oleh strategi-strategi yang cukup menguras tenaga, pikiran, waktu dan tentu saja biaya. Misalnya pada tahap 1 dan 2 akan diisi oleh strategi PENCITRAAN, roadshow, dll. Pada tahap 3, 4 dan 5 akan diisi oleh strategi yang lain lagi.
                                                                                                                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By VungTauZ.Com